53 Hadis tentang Keutamaan Zikir: Amalan Ringan, Pahala Surga

  • admin
  • Sep 08, 2025
Table Of Content [ Close ]

Pendahuluan

Zikir adalah salah satu amalan yang paling dianjurkan dalam Islam. Ia bukan hanya menghidupkan hati, tetapi juga menjadi sebab datangnya ampunan, rahmat, dan kedekatan seorang hamba dengan Allah Ta’ala. Dari sekian banyak amal ibadah, zikir adalah yang paling mudah dilakukan, namun pahalanya sangat besar.

Zikir kepada Allah Ta‘ala memiliki keutamaan yang sangat besar. Diriwayatkan dari Abu Darda’ raḍiyallāhu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَرْضَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِعْطَاءِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَمِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ، وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟ قَالُوا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَذِكْرُ اللَّهِ

“Maukah aku beritahukan kepada kalian amalan terbaik, yang paling diridhai oleh Tuhan kalian, yang paling tinggi derajatnya bagi kalian, lebih baik daripada memberikan emas dan perak, serta lebih baik daripada kalian berhadapan dengan musuh lalu kalian memenggal leher mereka dan mereka pun memenggal leher kalian?”
Para sahabat berkata: “Apakah itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: Zikir kepada Allah.

Mu‘adz bin Jabal raḍiyallāhu ‘anhu juga berkata:

مَا عَمِلَ امْرُؤٌ بِعَمَلٍ أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ

“Tidak ada amal yang lebih menyelamatkan seseorang dari azab Allah ‘Azza wa Jalla dibanding dengan memperbanyak zikir kepada-Nya.” (HR. at-Tirmidzi no. 3377, Ibnu Mājah no. 3790, dan dinyatakan shahih oleh al-Albani).

Allah Ta‘ala telah menganugerahkan kepada kita banyak doa dan zikir. Di dalamnya terkandung pahala yang besar, sarana untuk membersihkan jiwa, memperbaiki agama, serta mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah ﷺ pun menganjurkan umatnya untuk mengamalkan berbagai dzikir dan doa ringan dengan pahala yang luar biasa.

Artikel ini merangkum 53 hadis tentang keutamaan zikir dan doa yang menunjukkan betapa agung kedudukannya dalam Islam, sekaligus menyebutkan sejumlah bacaan dzikir yang ringan tapi pahalanya berlimpah bagi yang mengerjakannya:

  1. Membaca Al-Qur’an

Dari Abdullah bin Mas‘ud raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ (الم) حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lām Mīm itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lām satu huruf, dan Mīm satu huruf.” (HR. at-Tirmidzi no. 2910, shahih menurut al-Albani).

  1. Mengucapkan “Āmīn” dalam Shalat

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ فَأَمِّنُوا ، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Apabila imam mengucapkan āmīn, maka ucapkanlah āmīn. Barangsiapa ucapan āmīn-nya bertepatan dengan ucapan āmīn para malaikat, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari no. 780, Muslim no. 410).

Dalam riwayat lain (HR. al-Bukhari no. 6402):

إِذَا أَمَّنَ الْقَارِئُ فَأَمِّنُوا

“Apabila seorang qari’ (pembaca) membaca (al-Fatihah) lalu mengucapkan āmīn, maka ucapkanlah āmīn…”

Mayoritas ulama berpendapat bahwa membaca āmīn dianjurkan setelah al-Fatihah, baik dalam shalat maupun di luar shalat, bagi imam, makmum, maupun orang yang shalat sendiri. Imam an-Nawawi berkata:

“Disunnahkan bagi setiap orang yang membaca al-Fatihah, baik dalam shalat maupun di luar shalat, agar mengucapkan āmīn setelah selesai membacanya.” (Lih: Raudhah ath-Thālibīn 1/247).

  1. Membaca Subḥānallāh wa biḥamdih 100 Kali

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ ماِئَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْر

“Barangsiapa mengucapkan Subḥānallāh wa biḥamdih seratus kali dalam sehari, maka dosa-dosanya akan dihapus meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR. al-Bukhari no. 6405, Muslim no. 2691).

  1. Membaca Subḥānallāhil-‘Aẓīm wa biḥamdih di Pagi dan Petang

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

من قال حين يُصبِحُ: سبحانَ اللهِ العظيم وبحمْدِه، مئةَ مرةٍ، وإذا أمْسَى كذلك، لم يُوَافِ أحدٌ مِن الخلائقِ بمثل ما وافَى

“Barangsiapa mengucapkan di waktu pagi: Subḥānallāhil-‘Aẓīm wa biḥamdih seratus kali, dan mengucapkannya pula di waktu petang, maka tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menandingi pahala yang ia dapatkan.” (HR. Abu Dawud no. 5091, an-Nasā’i al-Kubrā no. 10327, dinyatakan shahih oleh al-Albani).

  1. Membaca Tasbih, Tahmid, Takbir, dan Tahlil Setelah Shalat

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ سَبَّحَ اللهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَحَمِدَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَكَبَّرَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَقَالَ: تَمَامَ الْمِائَةِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

“Barangsiapa bertasbih kepada Allah (mengucapkan Subḥānallāh) sebanyak 33 kali, bertahmid (mengucapkan Alḥamdulillāh) sebanyak 33 kali, dan bertakbir (mengucapkan Allāhu Akbar) sebanyak 33 kali setelah shalat, maka jumlahnya 99. Lalu ia menyempurnakannya dengan ucapan: Lā ilāha illallāh waḥdahu lā sharīka lah, lahul-mulku wa lahul-ḥamdu wa huwa ‘alā kulli shay’in qadīr — maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR. Muslim no. 597).

  1. Dzikir yang Mengimbangi Sedekah Orang Kaya

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu: Para sahabat fakir dari kalangan Muhajirin datang kepada Rasulullah ﷺ lalu berkata:

ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ-أي: المال الكثير- بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى، وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ، فَقَالَوَمَا ذَاكَ؟ قَالُوا: يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ وَلَا نَتَصَدَّقُ، وَيُعْتِقُونَ وَلَا نُعْتِقُ

“Orang-orang kaya telah pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, berpuasa sebagaimana kami berpuasa, tetapi mereka bisa bersedekah sedangkan kami tidak, mereka bisa memerdekakan budak sedangkan kami tidak.”

Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ؟ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ

“Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang dengannya kalian bisa menyusul orang-orang yang telah mendahului kalian, dan kalian pun mendahului orang-orang setelah kalian, serta tidak ada seorang pun yang lebih utama dari kalian kecuali mereka yang mengamalkan seperti apa yang kalian amalkan?”

Mereka menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda:

تُسَبِّحُونَ، وَتُكَبِّرُونَ، وَتَحْمَدُونَ، دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً

“Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap selesai shalat, masing-masing sebanyak 33 kali.” (HR. al-Bukhari no. 843, Muslim no. 595).

  1. Amalan Ringan, Pahala Besar

Dari Abdullah bin ‘Amr raḍiyallāhu ‘anhumā, Rasulullah ﷺ bersabda:

خَلَّتَانِ لَا يُحْصِيهِمَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَهُمَا يَسِيرٌ، وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ

“Ada dua kebiasaan yang tidak dilakukan seorang muslim secara rutin kecuali ia akan masuk surga. Dua amalan ini ringan, tetapi yang mengamalkannya sangat sedikit.”

Beliau menjelaskan:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، يُسَبِّحُ أَحَدُكُمْ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا، وَيَحْمَدُ عَشْرًا، وَيُكَبِّرُ عَشْرًا، فَهِيَ خَمْسُونَ وَمِائَةٌ فِي اللِّسَانِ، وَأَلْفٌ وَخَمْسُ مِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ، وَأَنَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُهُنَّ بِيَدِهِ، وَإِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ أَوْ مَضْجَعِهِ سَبَّحَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَحَمِدَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَكَبَّرَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ، فَهِيَ مِائَةٌ عَلَى اللِّسَانِ، وَأَلْفٌ فِي الْمِيزَانِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَيُّكُمْ يَعْمَلُ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ أَلْفَيْنِ وَخَمْسَ مِائَةِ سَيِّئَةٍ؟

“Setiap selesai shalat lima waktu, ucapkan tasbih 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali. Itu berarti 150 zikir dengan lisan, namun ditimbang di sisi Allah menjadi 1500 kebaikan. Aku melihat Rasulullah menghitungnya dengan tangannya.

Dan apabila salah seorang dari kalian hendak tidur di malam hari, hendaklah ia membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 34 kali. Itu jumlahnya 100 di lisan, namun di sisi Allah menjadi 1000 kebaikan. Maka, siapakah di antara kalian yang mampu melakukan 2500 keburukan setiap hari semalam?”

Para sahabat bertanya: “Bagaimana mungkin kami tidak bisa menjaga amalan tersebut, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ وَهُوَ فِي صَلَاتِهِ، فَيَقُولُ: اذْكُرْ كَذَا، اذْكُرْ كَذَا، وَيَأْتِيهِ عِنْدَ مَنَامِهِ فَيُنِيمُهُ

“Sesungguhnya setan akan datang kepada salah seorang di antara kalian saat shalat lalu berkata: ingatlah ini dan itu, hingga ia lupa. Dan setan juga mendatanginya ketika hendak tidur lalu membuatnya terlelap.” (HR. Abu Dawud no. 5065, at-Tirmidzi no. 410, an-Nasā’i no. 1348, Ibnu Mājah no. 926; shahih menurut al-Albani).

  1. Empat Kalimat yang Lebih Berharga dari Dunia

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

لَأَنْ أَقُولَ سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عليه الشَّمْسُ

“Sungguh jika aku mengucapkan Subḥānallāh, Alḥamdulillāh, Lā ilāha illallāh, dan Allāhu Akbar lebih aku cintai daripada seluruh yang disinari matahari.” (HR. Muslim no. 2695).

  1. Membaca Qul Huwallāhu Aḥad Setara Sepertiga Al-Qur’an

Dari Abu Darda’ raḍiyallāhu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:

أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ؟

“Apakah salah seorang dari kalian tidak sanggup membaca sepertiga Al-Qur’an dalam satu malam?”
Para sahabat bertanya: “Bagaimana mungkin seseorang membaca sepertiga Al-Qur’an?”
Beliau menjawab:

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ

“Membaca Qul Huwallāhu Aḥad (surah al-Ikhlāṣ) setara dengan sepertiga Al-Qur’an.”

Dalam riwayat lain dari Abu Sa‘id raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ

“Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh surah ini setara dengan sepertiga Al-Qur’an.” (HR. al-Bukhari no. 6643, Muslim no. 811).

  1. Dzikir Agung yang Lebih Berat dari Segala Dzikir Panjang

Dari Ummul Mukminin, Juwayriyah binti al-Harits raḍiyallāhu ‘anhā: Nabi ﷺ keluar dari rumahnya setelah shalat Subuh, sementara Juwayriyah sedang duduk berzikir di tempat shalatnya. Beliau kembali setelah matahari mulai meninggi, ternyata Juwayriyah masih duduk berzikir.

Rasulullah ﷺ bertanya:

مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا؟

“Apakah engkau masih dalam keadaan seperti ketika aku tinggalkan tadi?”
Ia menjawab: “Ya.”

Beliau pun bersabda:

 لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

“Sungguh, aku telah mengucapkan empat kalimat sebanyak tiga kali. Seandainya ditimbang dengan apa yang engkau ucapkan sejak tadi pagi, niscaya lebih berat timbangannya:
Subḥānallāhi wa biḥamdih, ‘adada khalqih, wa riḍā nafsih, wa zinata ‘arshih, wa midāda kalimātih (Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya, sebanyak jumlah makhluk-Nya, sesuai keridaan-Nya, seberat ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta yang digunakan untuk menuliskan kalimat-kalimat-Nya).” (HR. Muslim no. 2726).

  1. Dua Kalimat Ringan, Tapi Berat di Timbangan

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيمِ

“Ada dua kalimat yang ringan di lisan, berat dalam timbangan amal, dan dicintai oleh Allah Yang Maha Pengasih, yaitu: Subḥānallāhi wa biḥamdih, Subḥānallāhil-‘Aẓīm.” (HR. al-Bukhari no. 6406, Muslim no. 2694).

  1. Dzikir dari Perbendaharaan Surga

Dari Abu Musa al-Asy‘ari raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya:

يَا أَبَا مُوسَى أَوْ يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ مِنْ كَنْزِ الْجَنَّةِ

“Wahai Abu Musa, -atau wahai Abdullah bin Qais-, maukah aku tunjukkan kepadamu sebuah kalimat dari perbendaharaan surga?”
Aku berkata: “Tentu, wahai Rasulullah, apa itu?”
Beliau bersabda:

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

“(Bacaan) Lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah).” (HR. al-Bukhari no. 4205, Muslim no. 2704).

  1. Zikir yang Menjadi Pelindung dari Setan

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ، يَوْمَهُ ذَلِكَ، حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ، وَمَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

“Barangsiapa membaca Lā ilāha illallāh waḥdahu lā sharīka lah, lahul-mulku wa lahul-ḥamdu wa huwa ‘alā kulli shay’in qadīr seratus kali dalam sehari, maka pahalanya setara dengan membebaskan sepuluh budak, ditulis seratus kebaikan untuknya, dihapus seratus keburukan darinya, dan menjadi pelindung baginya dari setan pada hari itu hingga sore hari. Tidak ada seorang pun yang lebih baik dari apa yang ia lakukan kecuali yang mengamalkan lebih banyak dari itu.

Dan barangsiapa mengucapkan Subḥānallāh wa biḥamdih seratus kali dalam sehari, maka dosa-dosanya dihapus meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR. al-Bukhari no. 3293, Muslim no. 2691).

  1. Pahalanya Setara Membebaskan Budak

Dari Abu Ayyub al-Anshari raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، عَشْرَ مِرَارٍ كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ

“Barangsiapa mengucapkan Lā ilāha illallāh waḥdahu lā sharīka lah, lahul-mulku wa lahul-ḥamdu wa huwa ‘alā kulli shay’in qadīr sebanyak sepuluh kali, maka pahalanya setara dengan membebaskan empat orang budak dari keturunan Nabi Ismail.” (HR. Muslim no. 2693).

  1. Dzikir Pagi dan Petang yang Penuh Keutamaan

Dari Abu Ayyasy raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ، لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، كَانَ لَهُ عِدْلَ رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَكُتِبَ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ، وَحُطَّ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ، وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ، وَكَانَ فِي حِرْزٍ مِنَ الشَّيْطَانِ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ قَالَهَا إِذَا أَمْسَى كَانَ لَهُ مِثْلُ ذَلِكَ حَتَّى يُصْبِحَ

“Barangsiapa di waktu pagi membaca: Lā ilāha illallāh waḥdahu lā sharīka lah, lahul-mulku wa lahul-ḥamdu wa huwa ‘alā kulli shay’in qadīr, maka baginya pahala seperti memerdekakan seorang budak dari keturunan Ismail, dicatat sepuluh kebaikan, dihapuskan sepuluh keburukan, diangkat baginya sepuluh derajat, dan ia berada dalam perlindungan dari setan hingga sore hari. Jika ia mengucapkannya di waktu sore, maka ia akan mendapatkan hal yang sama hingga pagi hari.”

Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan bahwa seorang sahabat bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ, lalu ditanyakan tentang hadis ini. Nabi ﷺ menjawab:

صَدَقَ أَبُو عَيَّاشٍ

“Benar, Abu Ayyasy telah berkata dengan benar.”

(HR. Abu Dawud no. 5077, Ibnu Mājah no. 3867; shahih menurut al-Albani).

  1. Dzikir Malam yang Mustajab

Dari ‘Ubādah bin ash-Shāmit raḍiyallāhu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ فَقَالَ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللهِ ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، وَلاَ حَوْلَ، وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ، أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتُهُ

“Barangsiapa bangun di malam hari lalu mengucapkan:
Lā ilāha illallāh waḥdahu lā sharīka lah, lahul-mulku wa lahul-ḥamdu wa huwa ‘alā kulli shay’in qadīr. Alḥamdulillāh, Subḥānallāh, Lā ilāha illallāh, Allāhu Akbar, wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh, kemudian ia berdoa: Allāhumma-ghfir lī (Ya Allah, ampunilah aku), atau memanjatkan doa, niscaya Allah akan mengabulkannya. Jika ia berwudhu lalu shalat, shalatnya akan diterima.” (HR. al-Bukhari no. 1154).

  1. Satu Shalawat, Sepuluh Rahmat dari Allah

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَن صلى عَلَيَّ واحدةً ، صلى اللهُ عليه بها عَشْرًا

“Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim no. 408).

  1. Keutamaan Shalawat: Dosa Dihapus, Derajat Ditambah

Dari Anas bin Mālik raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ

“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali, dihapus darinya sepuluh kesalahan, dan diangkat baginya sepuluh derajat.” (HR. an-Nasā’ī no. 1297; shahih menurut al-Albani).

  1. Sayyidul Istighfar, Doa Ampunan Teragung

Dari Syaddād bin Aus raḍiyallāhu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:

سَيِّدُ الاِسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِي اغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ. قَالَ : وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

“Sayyidul Istighfar adalah doa:
Allāhumma anta rabbī lā ilāha illā anta, khalaqtanī wa anā ‘abduka, wa anā ‘alā ‘ahdika wa wa‘dika masṭaṭa‘t, a‘ūdzu bika min sharri mā ṣana‘t, abū’u laka bini‘matika ‘alayya, wa abū’u bidzanbī faghfir lī fa-innahu lā yaghfirudz-dhunūba illā anta.

(Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perjanjian dan janji-Mu sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku, dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau).

Barangsiapa mengucapkannya di siang hari dengan penuh keyakinan lalu ia meninggal sebelum sore, maka ia masuk surga. Dan barangsiapa membacanya di malam hari dengan penuh keyakinan lalu ia meninggal sebelum pagi, maka ia masuk surga.” (HR. al-Bukhari no. 6306).

  1. Memperbanyak Shalawat, Bebas dari Kesusahan

Dari Ubay bin Ka‘b raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ، فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي؟ فَقَالَ: (مَا شِئْتَ)، قُلْتُ: الرُّبُعَ؟ قَالَ: (مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ)، قُلْتُ: النِّصْفَ، قَالَ: (مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ)، قُلْتُ: فَالثُّلُثَيْنِ؟ قَالَ: (مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ)، قُلْتُ: أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا؟ قَالَ: (إِذًا تُكْفَى هَمّكَ، وَيُكَفَّرُ لَكَ ذَنْبُكَ

“Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ: “Wahai Rasulullah, aku banyak bershalawat untukmu, berapa banyak yang harus aku jadikan khusus untukmu dalam doaku?”
Beliau menjawab: “Terserah kepadamu.”
Aku bertanya: “Seperempat?”
Beliau bersabda: “Terserah, tapi jika engkau menambah, itu lebih baik bagimu.”
Aku berkata: “Setengah?”
Beliau menjawab: “Terserah, dan jika engkau menambah, itu lebih baik bagimu.”
Aku berkata: “Dua pertiga?”
Beliau bersabda: “Terserah, dan jika engkau menambah, itu lebih baik bagimu.”
Aku berkata: “Kalau begitu, aku jadikan seluruh doaku adalah shalawat untukmu.”
Beliau bersabda: “Jika demikian, Allah akan mencukupkan urusanmu dan mengampuni dosamu.” (HR. Ahmad no. 20736, at-Tirmidzi no. 2457; hasan menurut al-Albani).

  1. Doa Setelah Wudhu Membuka Pintu Surga

Dari Umar bin Khattab raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ

“Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian membaca: Asyhadu an lā ilāha illallāh wa anna Muḥammadan ‘abduhu wa rasūluh, kecuali dibukakan baginya delapan pintu surga, ia bisa masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki.” (HR. Muslim no. 234).

  1. Menjawab Adzan dan Bershalawat

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Āsh raḍiyallāhu ‘anhumā, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

“Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muadzin. Lalu bershalawatlah untukku, karena barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Setelah itu mintalah kepada Allah wasilah untukku, karena wasilah adalah sebuah kedudukan di surga yang hanya layak diberikan kepada seorang hamba Allah, dan aku berharap semoga akulah orang itu. Barangsiapa memohonkan wasilah untukku, maka ia berhak mendapatkan syafaatku.” (HR. Muslim no. 384).

  1. Doa Setelah Adzan Mendapat Syafaat Rasulullah

Dari Jabir bin Abdullah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa mengucapkan setelah mendengar adzan:
Allāhumma rabba hādzihid-da‘watit-tāmmati waṣ-ṣalātil-qā’imah, āti Muḥammadanil-wasīlata wal-faḍīlah, wab‘at-hu maqāman maḥmūdan allażī wa‘adtah,
(Ya Allah, Rabb pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang akan ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, serta bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji yang Engkau janjikan), maka syafaatku pantas baginya pada hari kiamat.”(HR. al-Bukhari no. 614).

  1. Doa Saat Adzan, Dosa Terampuni

Dari Sa‘d bin Abi Waqqash raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَن قَالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذّنَ: أشهدُ أنْ لا إِلهَ إِلَاّ اللَّه وحده لا شريك له، وأن محمدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، رَضِيتُ باللَّهِ رَبّاً، وبمحمدٍ صلى الله عليه وسلم رسولا، وبالإسلام دِيناً؛ غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ

“Barangsiapa ketika mendengar muadzin lalu mengucapkan:
Asyhadu an lā ilāha illallāh waḥdahu lā sharīka lah, wa anna Muḥammadan ‘abduhu wa rasūluh, raḍītu billāhi rabban, wa bi Muḥammadin rasūlā, wa bil-islāmi dīnā,
(maka) diampuni dosanya.”

Dalam riwayat lain disebutkan:

“Barangsiapa berkata ketika mendengar muadzin: Wa anā asyhadu (dan aku pun bersaksi)… maka dosanya diampuni.” (HR. Muslim no. 386).

  1. Ridha kepada Allah, Islam, dan Nabi , Surga Menanti

Dari Abu Sa‘id al-Khudri raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

يَا أَبَا سَعِيدٍ، مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

“Wahai Abu Sa‘id, barangsiapa ridha kepada Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai nabi, maka wajib baginya surga.”

Abu Sa‘id heran lalu berkata:

أَعِدْهَا عَلَيَّ يَا رَسُولَ اللهِ

“Ulangi lagi, wahai Rasulullah.”
Maka beliau pun mengulanginya. Kemudian beliau bersabda:

وَأُخْرَى يُرْفَعُ بِهَا الْعَبْدُ مِائَةَ دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ، مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Dan ada amalan lain yang dapat mengangkat seorang hamba hingga seratus derajat di surga, jarak antara setiap derajat seperti langit dan bumi.”

Abu Sa‘id bertanya:

وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟

“Apakah amalan itu, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab:

الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ

“Jihad di jalan Allah. Jihad di jalan Allah.” (HR. Muslim no. 1884).

 

 

  1. Seribu Pahala dengan Seratus Tasbih

Dari Sa‘d bin Abi Waqqash raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَأَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ، كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ: كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَيُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ، أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيئَةٍ

“Kami pernah bersama Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda: “Maukah salah seorang di antara kalian memperoleh seribu kebaikan setiap hari?”
Seseorang  di antara yang duduk bertanya: “Bagaimana caranya salah seorang dari kami bisa mendapatkan seribu kebaikan?”
Beliau menjawab: “Bertasbihlah seratus kali, maka akan ditulis baginya seribu kebaikan, atau dihapus darinya seribu kesalahan.” (HR. Muslim no. 2698).

  1. Salam dari Nabi Ibrahim dan Amalan Penanam Surga

Dari Ibnu Mas‘ud raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلاَمَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ الْمَاءِ، وَأَنَّهَا قِيعَانٌ، وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَر

“Pada malam Isra’, aku bertemu Nabi Ibrahim. Ia berkata: ‘Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu, dan kabarkan kepada mereka bahwa surga itu tanahnya subur, airnya segar, ia berupa tanah lapang, dan tanaman di dalamnya adalah ucapan: Subḥānallāh, Alḥamdulillāh, Lā ilāha illallāh, Allāhu Akbar.” (HR. at-Tirmidzi no. 3462; hasan menurut al-Albani).

  1. Dzikir “Lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh” adalah Tanaman Surga

Dari Abu Ayyub al-Anshari raḍiyallāhu ‘anhu:

 أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ مَرَّ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، فَقَالَ: ” مَنْ مَعَكَ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا مُحَمَّدٌ، فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيمُ: مُرْ أُمَّتَكَ فَلْيُكْثِرُوا مِنْ غِرَاسِ الْجَنَّةِ، فَإِنَّ تُرْبَتَهَا طَيِّبَةٌ، وَأَرْضَهَا وَاسِعَةٌ قَالَ: وَمَا غِرَاسُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaih wa sallam pada malam Isra’, beliau melewati Nabi Ibrahim. Ia berkata: ‘Wahai Jibril, siapa yang bersamamu?’
Jibril menjawab: ‘Ini adalah Muhammad.’
Maka Ibrahim berkata: ‘Wahai Muhammad, perintahkanlah umatmu agar memperbanyak menanam di surga, karena tanahnya subur dan luas.’
Beliau bertanya: ‘Apakah tanaman surga itu?’
Ibrahim menjawab: ‘Lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh.’” (HR. Ahmad 38/533; shahih menurut al-Albani dalam ash-Shahīhah no. 105).

  1. Satu Dzikir, Satu Pohon di Surga

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِهِ وَهُوَ يَغْرِسُ غَرْسًا، فَقَالَيَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا الَّذِي تَغْرِسُ؟ قُلْتُ: غِرَاسًا لِي، قَالَأَلَا أَدُلُّكَ عَلَى غِرَاسٍ خَيْرٍ لَكَ مِنْ هَذَا؟ قَالَ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: ” قُلْ: سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، يُغْرَسْ لَكَ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ شَجَرَةٌ فِي الْجَنَّةِ

“Bahwasanya Rasulullah ﷺ melihatnya menanam pohon lalu bersabda: “Wahai Abu Hurairah, apa yang sedang engkau tanam?”
Ia menjawab: “Tanaman untukku.”
Beliau bersabda: “Maukah aku tunjukkan kepadamu tanaman yang lebih baik bagimu daripada ini?
Ucapkan: Subḥānallāh, Alḥamdulillāh, Lā ilāha illallāh, Allāhu Akbar.
Maka untuk setiap kalimat itu, ditanamkan bagimu satu pohon di surga.” (HR. Ibnu Mājah no. 3807; shahih menurut al-Albani).

  1. Dua Ayat Terakhir Surah al-Baqarah

Dari Abu Mas‘ud al-Anshari raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari Surah al-Baqarah pada malam hari, maka keduanya mencukupinya.” (HR. al-Bukhari no. 4008, Muslim no. 808).

Imam Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bārī (9/56) menjelaskan bahwa maksud “mencukupinya” bisa bermakna:

  • Menggantikan qiyamul lail dengan membaca Al-Qur’an.
  • Menggantikan bacaan Al-Qur’an secara umum, baik di dalam maupun di luar shalat.
  • Mencukupi dalam urusan akidah, karena ayat tersebut mencakup iman dan amal secara global.
  • Melindungi dari keburukan, termasuk gangguan setan, manusia, maupun jin.
  • Memberikan pahala besar sehingga tidak perlu mencari amalan tambahan.

Beliau menambahkan, mungkin semua makna itu terkandung di dalamnya. Bahkan dalam riwayat lain dari Ibnu Mas’ud secara marfu’ disebutkan:

مَنْ قَرَأَ خَاتِمَةَ الْبَقَرَةِ أَجْزَأَتْ عَنْهُ قِيَامَ لَيْلَةٍ

“Barangsiapa membaca akhir Surah al-Baqarah, maka itu mencukupinya dari qiyamul lail.”

Juga dalam hadis Nu‘mān bin Basyīr, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ كِتَابًا، وَأَنْزَلَ مِنْهُ آيَتَيْنِ خَتَمَ بهما سورة البقرة، لا يُقرآن في دار فيقربها الشيطان ثلاث ليال

“Allah menurunkan dua ayat penutup Surah al-Baqarah dari perbendaharaan-Nya. Tidaklah dibacakan di suatu rumah kecuali setan tidak mendekatinya selama tiga malam.” (HR. al-Hakim; shahih).

  1. Dzikir yang Lebih Baik daripada Gunung Emas dan Perak

Dari Abu Umāmah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ هَالَهُ اللَّيْلُ أَنْ يُكَابِدَهُ، وَبَخِلَ بِالْمَالِ أَنْ يُنْفِقَهُ، وَجَبُنَ عَنِ الْعَدُوِّ أَنْ يُقَاتِلَهُ، فَلْيُكْثِرْ أَنْ يَقُولَ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، فَإِنَّهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ جَبَلِ ذَهَبٍ وَفِضَّةٍ يُنْفَقَانِ فِي سَبِيلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Barangsiapa merasa berat untuk bangun malam, kikir mengeluarkan harta, dan penakut untuk berperang melawan musuh, maka hendaklah ia memperbanyak membaca: Subḥānallāh wa biḥamdih.
Karena kalimat itu lebih dicintai Allah daripada gunung emas dan perak yang diinfakkan di jalan Allah.” (HR. ath-Ṭabarāni dalam al-Mu‘jam al-Kabīr 8/194; shahih menurut al-Albani dalam Ṣaḥīḥ at-Targhīb wa at-Tarhīb no. 1541).

  1. Wasiat Nabi Nuh ‘alaihissalām

Dari Abdullah bin Amr raḍiyallāhu ‘anhumā, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ نُوحًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ قَالَ لِابْنِهِ: إِنِّي قَاصٌّ عَلَيْكَ الْوَصِيَّةَ، آمُرُكَ بِاثْنَتَيْنِ، وَأَنْهَاكَ عَنِ اثْنَتَيْنِ: آمُرُكَ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَإِنَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ وَالْأَرَضِينَ السَّبْعَ، لَوْ وُضِعْنَ فِي كِفَّةٍ وَوُضِعَتْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي كِفَّةٍ لَرَجَحَتْ بِهِنَّ، وَلَوْ أَنَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ وَالْأَرَضِينَ السَّبْعَ كُنَّ حَلْقَةً مُبْهَمَةً لَقَصَمَتْهُنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، فَإِنَّهَا صَلَاةُ كُلِّ شَيْءٍ، وَبِهَا يُرْزَقُ كُلُّ شَيْءٍ، وَأَنْهَاكَ عَنِ الشِّرْكِ وَالْكِبْرِ…، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَا الْكِبْرُ؟ قَالَسَفَهُ الْحَقِّ، وَغَمْصُ النَّاسِ

“Ketika Nabi Nuh ‘alaihissalām menghadapi sakaratul maut, beliau berkata kepada anaknya: ‘Aku wasiatkan kepadamu dua perkara dan aku larang engkau dari dua perkara.
Aku wasiatkan kepadamu kalimat lā ilāha illallāh, karena jika tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan di satu timbangan, lalu kalimat lā ilāha illallāh diletakkan di timbangan yang lain, niscaya kalimat itu lebih berat.
Dan jika tujuh langit serta tujuh bumi menjadi lingkaran besar yang tertutup, maka kalimat lā ilāha illallāh akan memecahkannya.
Juga aku wasiatkan kepadamu Subḥānallāh wa biḥamdih, karena itulah shalat semua makhluk, dan dengannya seluruh makhluk diberi rezeki.
Aku melarangmu dari syirik dan kesombongan.’
Sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kesombongan itu?’
Beliau menjawab: ‘Meremehkan kebenaran dan merendahkan manusia.’” (HR. Ahmad 11/671, al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 548; shahih menurut al-Albani).

  1. Amalan Mudah bagi yang Sudah Tua

Dari Ummu Hāni’ binti Abi Ṭālib raḍiyallāhu ‘anhā, ia berkata:

مَرَّ بِي ذَاتَ يَوْمٍ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ: إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ وَضَعُفْتُ، أَوْ كَمَا قَالَتْ، فَمُرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ وَأَنَا جَالِسَةٌ، قَالَ: (سَبِّحِي اللهَ مِائَةَ تَسْبِيحَةٍ، فَإِنَّهَا تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ رَقَبَةٍ تُعْتِقِينَهَا مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاحْمَدِي اللهَ مِائَةَ تَحْمِيدَةٍ، فإنها تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ فَرَسٍ مُسْرَجَةٍ مُلْجَمَةٍ، تَحْمِلِينَ عَلَيْهَا فِي سَبِيلِ اللهِ، وَكَبِّرِي اللهَ مِائَةَ تَكْبِيرَةٍ، فَإِنَّهَا تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ بَدَنَةٍ مُقَلَّدَةٍ مُتَقَبَّلَةٍ، وَهَلِّلِي اللهَ مِائَةَ تَهْلِيلَةٍ، قَالَ ابْنُ خَلَفٍ: أَحْسِبُهُ قَالَ، تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَلَا يُرْفَعُ يَوْمَئِذٍ لِأَحَدٍ مِثْلُ عَمَلِكَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَ بِمِثْلِ مَا أَتَيْتِ بِهِ

“Suatu hari Rasulullah ﷺ melewatiku. Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, aku sudah tua dan lemah, maka perintahkanlah aku amalan yang bisa aku kerjakan sambil duduk.’
Beliau bersabda: ‘Bertasbihlah seratus kali, maka itu sama dengan membebaskan seratus budak dari keturunan Ismail.
Bertahmidlah seratus kali, maka itu sama dengan menghadiahkan seratus kuda yang dipasangi pelana dan tali kekang, yang akan engkau gunakan di jalan Allah.
Bertakbirlah seratus kali, maka itu sama dengan menyembelih seratus unta yang diberi tanda dan diterima sebagai kurban.
Bertahlillah seratus kali, maka pahalanya akan memenuhi langit dan bumi, dan tidak ada seorang pun yang amalannya lebih utama pada hari itu kecuali orang yang mengamalkan seperti yang engkau amalkan.’” (HR. Ahmad 44/480, an-Nasā’ī dalam al-Kubrā no. 10680, ath-Ṭabarāni, al-Bukhari dalam at-Tārīkh al-Kabīr 2/254-255, ‘Abdur Razzaq dalam al-Muṣannaf no. 20580; hasan menurut al-Albani).

  1. Menyelamatkan Diri dari Neraka dengan 360 Amal Shalih

Dari Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِي آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلَاثِمِائَةِ مَفْصِلٍ، فَمَنْ كَبَّرَ اللهَ، وَحَمِدَ اللهَ، وَهَلَّلَ اللهَ، وَسَبَّحَ اللهَ، وَاسْتَغْفَرَ اللهَ، وَعَزَلَ حَجَرًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ، أَوْ شَوْكَةً أَوْ عَظْمًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ، وَأَمَرَ بِمَعْرُوفٍ أَوْ نَهَى عَنْ مُنْكَرٍ، عَدَدَ تِلْكَ السِّتِّينَ وَالثَّلَاثِمِائَةِ السُّلَامَى، فَإِنَّهُ يَمْشِي يَوْمَئِذٍ وَقَدْ زَحْزَحَ نَفْسَهُ عَنِ النَّارِ

“Setiap manusia dari keturunan Adam diciptakan memiliki 360 persendian. Maka barangsiapa mengucapkan takbir, tahmid, tahlil, tasbih, istighfar, menyingkirkan batu, duri, atau tulang dari jalan manusia, memerintahkan yang ma‘ruf, atau mencegah dari yang mungkar—sebanyak 360 kali—maka ia berjalan pada hari itu dalam keadaan telah menyelamatkan dirinya dari neraka.” (HR. Muslim no. 1007).

  1. Dzikir sebagai Perisai dari Api Neraka

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

خُذُوا جُنَّتكم قَالُوا يَا رَسُول الله أَمن عَدو قد حضر؟ قَالَ لَا، وَلَكِن جُنَّتكم من النَّار: قَول سُبْحَانَ الله وَالْحَمْد لله وَلَا إِلَه إِلَّا الله وَالله أكبر، فإِنهن يَأْتِين يَوْم الْقِيَامَة مجنبات ومعقبات وَهن الْبَاقِيَات الصَّالِحَات

“Ambillah perisai kalian.”
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah dari musuh yang datang?”
Beliau menjawab: “Bukan, tapi perisai kalian dari api neraka, yaitu dengan mengucapkan: Subḥānallāh, wal-ḥamdu lillāh, wa lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.
Karena kalimat-kalimat itu akan datang pada hari kiamat sebagai penyelamat, pendamping, dan amal yang kekal lagi shalih.” (HR. an-Nasā’ī dalam ‘Amal al-Yaum wal-Lailah hlm. 488, ath-Ṭabarāni, al-Ḥākim; shahih menurut al-Albani dalam Ṣaḥīḥ al-Jāmi‘ no. 3214).

Al-Mundzirī menjelaskan dalam at-Targhīb wa at-Tarhīb (2/432):

Bahwa kata “junnatukum” artinya pelindung.
Mujannabāt” artinya yang mendahului dan berjalan di depan. Dalam riwayat lain disebut “munjiyāt” (penyelamat).
“Mu‘aqqibāt” artinya mengikuti dari belakang.

  1. Dzikir Ringan Setelah Shalat

Dari Ummu Rāfi‘ raḍiyallāhu ‘anhā, ia berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يَأْجُرُنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ. قَالَ: ” يَا أُمَّ رَافِعٍ، إِذَا قُمْتِ إِلَى الصَّلَاةِ فَسَبِّحِي اللَّهَ عَشْرًا، وَهَلِّلِيهِ عَشْرًا، وَاحْمَدِيهِ عَشْرًا، وَكَبِّرِيهِ عَشْرًا، وَاسْتَغْفِرِيهِ عَشْرًا، فَإِنَّكِ إِذَا سَبَّحْتِ عَشْرًا قَالَ: هَذَا لِي، وَإِذَا هَلَّلْتِ قَالَ: هَذَا لِي، وَإِذَا حَمِدْتِ قَالَ: هَذَا لِي، وَإِذَا كَبَّرْتِ قَالَ: هَذَا لِي، وَإِذَا اسْتَغْفَرْتِ قَالَ: قَدْ غَفَرْتُ لَكِ

“Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang Allah akan memberiku pahala karenanya.’
Beliau bersabda: ‘Wahai Ummu Rāfi‘, apabila engkau berdiri untuk shalat, maka bacalah tasbih sepuluh kali, tahlil sepuluh kali, tahmid sepuluh kali, takbir sepuluh kali, dan istighfar sepuluh kali.
Apabila engkau bertasbih, Allah berfirman: “Ini untuk-Ku.”
Apabila engkau bertahlil, Allah berfirman: “Ini untuk-Ku.”
Apabila engkau bertahmid, Allah berfirman: “Ini untuk-Ku.”
Apabila engkau bertakbir, Allah berfirman: “Ini untuk-Ku.”
Dan apabila engkau beristighfar, Allah berfirman: “Aku telah mengampunimu.”’”

(HR. Ibnu as-Sunnī dalam ‘Amal al-Yaum wal-Lailah hlm. 97; shahih menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 3338).

  1. Dzikir yang Menghapus Dosa Sebanyak Buih di Laut

Dari Abdullah bin Amr raḍiyallāhu ‘anhumā, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا عَلَى الْأَرْضِ رَجُلٌ يَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، إِلَّا كُفِّرَتْ عَنْهُ ذُنُوبُهُ، وَلَوْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ

“Tidak ada seorang pun di muka bumi yang mengucapkan: Lā ilāha illallāh, wallāhu akbar, subḥānallāh, wal-ḥamdu lillāh, wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh, melainkan dihapuskan dosa-dosanya, meskipun sebanyak buih di lautan.”

(HR. Ahmad 11/15, an-Nasā’ī no. 9874, al-Ḥākim; shahih menurut al-Albani).

  1. Dzikir yang Menggugurkan Dosa Laksana Daun Gugur

Dari Anas bin Mālik raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

أَخَذَ النَّبِيُّ صَلى الله عَلَيهِ وسَلم غُصْنًا فَنَفَضَهُ فَلَمْ يَنْتَفِضْ، ثُمَّ نَفَضَهُ فَلَمْ يَنْتَفِضْ، ثُمَّ نَفَضَهُ فَانْتَفَضَ، قَالَ: إِنَّ سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدَ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، يَنْفُضْنَ الْخَطَايَا كَمَا تَنْفُضُ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Nabi ﷺ mengambil setangkai pohon lalu menggoyangkannya, dan daunnya pun berguguran. Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya Subḥānallāh, wal-ḥamdu lillāh, wa lā ilāha illallāh dapat menggugurkan dosa sebagaimana pohon ini menggugurkan daunnya.’”

(HR. al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 634; hasan menurut al-Albani).

  1. Dzikir yang Lebih Utama daripada Dzikir Siang-Malam

Dari Abu Umāmah al-Bāhilī raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

أَن النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم مر بِهِ وَهُوَ يُحَرك شَفَتَيْه فَقَالَ: مَاذَا تَقول يَا أَبَا أُمَامَة قَالَ أذكر رَبِّي قَالَ: “أَلا أخْبرك بِأَفْضَل أَو أَكثر من ذكرك اللَّيْل مَعَ النَّهَار وَالنَّهَار مَعَ اللَّيْل أَن تَقول سُبْحَانَ الله عدد مَا خلق، سُبْحَانَ الله ملْء مَا خلق، سُبْحَانَ الله عدد مَا فِي الأَرْض وَالسَّمَاء، سُبْحَانَ الله ملْء مَا فِي السَّمَاء وَالْأَرْض، سُبْحَانَ الله ملْء مَا خلق، سُبْحَانَ الله عدد مَا أحصى كِتَابه، وَسُبْحَان الله ملْء كل شَيْء، وَتقول الْحَمد لله مثل ذَلِك

Rasulullah ﷺ melewatinya saat ia sedang berzikir. Beliau bertanya: “Apa yang engkau ucapkan, wahai Abu Umāmah?”
Ia menjawab: “Aku sedang berzikir mengingat Rabbku.”
Beliau bersabda: “Maukah aku tunjukkan kepadamu dzikir yang lebih utama daripada dzikirmu sepanjang siang dan malam?
Yaitu engkau mengucapkan: Subḥānallāh ‘adada mā khalaq, subḥānallāh mil’a mā khalaq, subḥānallāh ‘adada mā fī al-arḍi was-samā’, subḥānallāh mil’a mā fī as-samā’i wal-arḍ, subḥānallāh mil’a mā khalaq, subḥānallāh ‘adada mā aḥṣā kitābuh, subḥānallāh mil’a kulla shay’, wal-ḥamdu lillāh mitsla dzālik.

(HR. an-Nasā’ī dalam ‘Amal al-Yaum wal-Lailah no. 166, Ibnu Ḥibbān no. 830; shahih menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 2578).

  1. Pahala Dzikir Setelah Rukuk dalam Shalat

Dari Rifā‘ah bin Rāfi‘ az-Zuraqī raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ ، قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ، قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ : رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ ، فَلَمَّا انْصَرَفَ ، قَالَ : مَنِ الْمُتَكَلِّمُ ؟ قَالَ : أَنَا ، قَالَ : رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا ، أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ

“Kami pernah shalat bersama Nabi ﷺ. Ketika beliau bangkit dari rukuk, beliau membaca: Sami‘allāhu liman ḥamidah. Lalu seorang lelaki di belakang beliau mengucapkan: Rabbana wa lakal-ḥamdu, ḥamdan katsīran ṭayyiban mubārakan fīh.
Ketika selesai shalat, Nabi ﷺ bertanya: ‘Siapa yang mengucapkannya tadi?’
Orang itu menjawab: ‘Saya, wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda: ‘Aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berlomba-lomba mencatatnya, siapa yang pertama kali menuliskannya.’” (HR. al-Bukhari no. 799).

  1. Dzikir yang Membuka Pintu Langit

Dari Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā, ia berkata:

بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَمِنَ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا؟ قَالَ رَجُلٌ مَنِ الْقَوْمِ: أَنَا، يَا رَسُولَ اللهِ قَالَعَجِبْتُ لَهَا، فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ قَالَ ابْنُ عُمَرَفَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ

“Ketika kami shalat bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba seorang lelaki dari jamaah membaca: Allāhu akbaru kabīrā, wal-ḥamdu lillāhi katsīrā, wa subḥānallāhi bukratan wa aṣīlā.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Siapa yang mengucapkan kalimat tadi?’
Seorang lelaki berkata: ‘Saya, wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda: ‘Aku kagum kepadanya, karena pintu-pintu langit terbuka karenanya.’”
Ibnu Umar berkata: “Sejak mendengar ucapan itu dari Rasulullah ﷺ, aku tidak pernah meninggalkannya.” (HR. Muslim no. 601).

  1. Kalimat yang Berat Ditulis Malaikat

Dari Salman raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

قَالَ رَجُلٌ: الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، فَأَعْظَمَهَا الْمَلَكُ أَنْ يَكْتُبَهَا، وَرَاجَعَ فِيهَا رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَقِيلَ لَهُ: اكْتُبْهَا كَمَا قَالَ عَبْدِي: كَثِيرً

“Seorang lelaki mengucapkan: Al-ḥamdu lillāhi katsīrā. Maka malaikat merasa berat untuk menuliskannya, lalu ia menghadap kepada Rabbnya Azza wa Jalla. Maka dikatakan kepadanya: ‘Tulislah sebagaimana hamba-Ku mengucapkannya: katsīrā (banyak).’”

(HR. ath-Ṭabarāni dalam al-Mu‘jam al-Awsaṭ 2/307; hasan menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 3452).

  1. Surah al-Mulk sebagai Penjaga dari Siksa Kubur

Dari Abdullah bin Mas‘ud raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

مَنْ قَرَأَ (تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ) [الملك: 1] كُلَّ لَيْلَةٍ مَنَعَهُ اللهُ بِهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَكُنَّا فِي عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُسَمِّيهَا الْمَانِعَةَ، وَإِنَّهَا فِي كِتَابِ اللهِ سُورَةٌ مَنْ قَرَأَ بِهَا فِي كُلِّ لَيْلَةٍ فَقَدْ أَكْثَرَ وَأَطَابَ

“Barangsiapa membaca Tabārakalladzī biyadihil-mulk [QS. al-Mulk: 1] setiap malam, maka Allah melindunginya dari siksa kubur.
Pada masa Rasulullah ﷺ, kami menamainya al-Māni‘ah (yang mencegah).
Sungguh, dalam Kitab Allah, ia adalah sebuah surah. Barangsiapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan memperindah amalnya.”

(HR. an-Nasā’ī dalam al-Kubrā no. 10479; hasan menurut al-Albani dalam Ṣaḥīḥ at-Targhīb wa at-Tarhīb 2/253, no. 1589).

  1. Empat Kalimat yang Dipilih Allah

Dari Abu Sa‘īd al-Khudri dan Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhumā, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ اصْطَفَى مِنَ الْكَلَامِ أَرْبَعًا: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ “، قَالَ: ” وَمَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ كُتِبَ لَهُ عِشْرُونَ حَسَنَةً، وَحُطَّ عَنْهُ عِشْرُونَ سَيِّئَةً، وَمَنْ قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ فَمِثْلُ ذَلِكَ، وَمَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فَمِثْلُ ذَلِكَ، وَمَنْ قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ، كُتِبَ لَهُ بِهَا ثَلَاثُونَ حَسَنَةً، وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا ثَلَاثُونَ سَيِّئَةً

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memilih dari kalam empat kalimat: Subḥānallāh, wal-ḥamdu lillāh, wa lā ilāha illallāh, wallāhu akbar.
Barangsiapa mengucapkan Subḥānallāh, ditulis untuknya 20 kebaikan dan dihapus darinya 20 keburukan.
Barangsiapa mengucapkan Allāhu akbar, maka seperti itu juga.
Barangsiapa mengucapkan Lā ilāha illallāh, maka seperti itu juga.
Dan barangsiapa mengucapkan Al-ḥamdu lillāhi Rabbil-‘ālamīn dari dirinya sendiri, maka ditulis untuknya 30 kebaikan dan dihapus darinya 30 keburukan.”

(HR. Ahmad 13/457; shahih menurut al-Albani no. 1718).

  1. Dzikir Penghapus Dosa Sebanyak Buih di Laut

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

من قالَ حين يأوي إلى فراشِه: “لا إلهَ إلا اللهُ، وحدَه لا شريكَ لهُ، له الملكُ، وله الحمد، وهو على كلِّ شيءٍ قَديرٌ، ولا حولَ ولا قوَّة إلا بالله، سبحانَ اللهِ، والحمدُ لله، ولا إله إلا الله، واللهُ أكبرُ غُفِرت له ذنوبُه- أو قالَ: خطاياهُ، وإن كانَت مثلَ زَبَدِ البحرِ

“Barangsiapa ketika hendak tidur mengucapkan: Lā ilāha illallāh, waḥdahu lā syarīka lah, lahul-mulku walahul-ḥamdu wa huwa ‘alā kulli shay’in qadīr, wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh, subḥānallāh, wal-ḥamdu lillāh, wa lā ilāha illallāh, wallāhu akbar, maka akan diampuni dosanya—atau beliau bersabda: kesalahannya—meskipun sebanyak buih di lautan.”

(HR. an-Nasā’ī dalam ‘Amal al-Yaum wal-Lailah hlm. 471 no. 811, Ibnu Ḥibbān no. 5528, Ibnu as-Sunnī no. 722, Abu Nu‘aim dalam Akhbār Aṣbahān 1/319; shahih menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 3414).

  1. Dzikir Sebelum Tidur sebagai Puji Syukur Sempurna

Dari Anas bin Malik raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَفَانِي وَآوَانِي، الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعِمْنِي وَسَقَانِي، الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي مَنَّ عَلَيَّ فَأَفْضَلَ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِعِزَّتِكَ أَنْ تُنَجِّيَنِي مِنَ النَّارِ، فَقَدْ حَمِدَ اللَّهَ بِجَمِيعِ مَحَامِدِ الْخَلْقِ كُلِّهِمْ

“Barangsiapa ketika hendak tidur membaca: Al-ḥamdu lillāh alladzī kafānī wa āwānī, al-ḥamdu lillāh alladzī aṭ‘amanī wa saqānī, al-ḥamdu lillāh alladzī manna ‘alayya fa-afḍal, Allāhumma innī as’aluka bi‘izzatika an tunajjiyanī minan-nār, maka sungguh ia telah memuji Allah dengan seluruh pujian makhluk semuanya.”

(HR. al-Ḥākim 1/730, Ibnu as-Sunnī hlm. 659, al-Baihaqī dalam Syu‘ab al-Īmān 6/222; shahih menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 3444).

  1. Dzikir yang Diangkat Malaikat hingga Wajah Allah Dihidupkan

Dari Ibnu Mas‘ud raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata:

من قال سبحان الله والحمد لله والله أكبر، تلقاهن ملك فعرج بهن إلى الله عز وجل فلا يمر بملأ من الملائكة إلا استغفروا لقائلهن حتى يحيي بهن وجه الرحمن عز وجل

“Barangsiapa mengucapkan Subḥānallāh, wal-ḥamdu lillāh, wallāhu akbar, maka seorang malaikat akan membawanya naik kepada Allah. Setiap kali melewati sekumpulan malaikat, mereka memohonkan ampun bagi yang mengucapkannya, hingga dzikir itu sampai kepada Allah dan menghidupkan wajah Ar-Raḥmān Azza wa Jalla.”

(Diriwayatkan Abu Ahmad al-‘Assāl dengan sanad shahih, disebutkan oleh adz-Dzahabi dalam al-‘Uluw hlm. 79, dan oleh al-Albani dalam Mukhtaṣar al-‘Uluw hlm. 104).

  1. Dzikir sebagai Penutup Majelis

Dari Jubair bin Muṭ‘im raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، فَقَالَهَا فِي مَجْلِسِ ذِكْرٍ كَانَتْ كَالطَّابِعِ يُطْبَعُ عَلَيْهِ، وَمَنْ قَالَهَا فِي مَجْلِسِ لَغْوٍ كَانَتْ كَفَّارَةً لَهُ

“Barangsiapa membaca: Subḥānallāhi wa biḥamdih, subḥānaka Allāhumma wa biḥamdik, asyhadu an lā ilāha illā anta, astaghfiruka wa atūbu ilaik, maka jika ia mengucapkannya di majelis dzikir, kalimat itu menjadi cap penutup baginya.
Dan jika ia mengucapkannya di majelis sia-sia, kalimat itu menjadi kafarat baginya.”

(HR. ath-Ṭabarāni dalam al-Kabīr 2/138, al-Ḥākim 1/720; shahih menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 81).

  1. Istighfar yang Menghapus Dosa Besar

Dari Ibnu Mas‘ud raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ، -ثَلَاثًا- غُفِرَتْ ذُنُوبُهُ، وَإِنْ كَانَ فَارًّا مِنَ الزَّحْفِ

“Barangsiapa mengucapkan: Astaghfirullāh alladzī lā ilāha illā huwa al-ḥayyu al-qayyūm wa atūbu ilayh—tiga kali—maka diampuni dosanya, meskipun ia lari dari medan perang.”

(HR. al-Ḥākim 2/128; shahih menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 2727. HR. Abu Dāwud no. 1517 tanpa lafaz tiga kali; shahih menurut al-Albani).

  1. Ayat Kursi Setelah Shalat

Dari Abu Umāmah al-Bāhilī raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ إِلَّا أَنْ يَمُوتَ

“Barangsiapa membaca Ayat Kursi setelah setiap shalat wajib, maka tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga kecuali kematian.”

(HR. an-Nasā’ī dalam al-Kubrā 9/44, Ibnu as-Sunnī hlm. 110; shahih menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 972).

  1. Keutamaan Surah al-Ikhlash dan al-Kafirun

Dari Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā, Rasulullah ﷺ bersabda:

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ، وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ تَعْدِلُ رُبْعَ الْقُرْآنِ، وَكَانَ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ

Qul huwallāhu aḥad setara dengan sepertiga Al-Qur’an, dan Qul yā ayyuhal-kāfirūn setara dengan seperempat Al-Qur’an. Beliau biasa membacanya dalam shalat sunnah dua rakaat sebelum Subuh.”

(HR. ath-Ṭabarāni dalam al-Kabīr 12/405, at-Tirmidzi no. 2894, al-Ḥākim 1/754; shahih menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 588).

  1. Pahala Membaca Surah al-Ikhlash Sepuluh Kali

Dari Mu‘ādz bin Anas al-Juhani raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ، بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: “إِذًا نَسْتَكْثِرَ يَا رَسُولَ اللهِ؟” فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللهُ أَكْثَرُ وَأَطْيَبُ

“Barangsiapa membaca Qul huwallāhu aḥad hingga selesai sebanyak sepuluh kali, maka Allah membangunkan untuknya sebuah istana di surga.”
Umar bin al-Khaṭṭāb berkata: “Kalau begitu kami akan memperbanyaknya, wahai Rasulullah.”
Beliau menjawab: “Allah lebih banyak dan lebih baik.”

(HR. Ahmad 24/376; hasan menurut al-Albani dalam ash-Ṣaḥīḥah no. 589).

  1. Pahala Membaca 100 Ayat di Malam Hari

Dari Tamīm ad-Dārī raḍiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ بِمِئَةِ آيَةٍ فِي لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

“Barangsiapa membaca 100 ayat dalam satu malam, maka ditulis baginya pahala shalat malam (qiyamul-lail).”

(HR. ad-Dārimī 2/464; shahih menurut al-Albani dalam Ṣifat Shalāt an-Nabī 2/528).

Kesimpulan Penting:

  1. Zikir setelah shalat fardhu adalah sunnah yang sangat dianjurkan, berupa istighfar, tasbih, tahmid, tahlil, dan doa khusus.
  2. Zikir pagi dan petang menjadi benteng perlindungan dari setan, keburukan, serta bencana hidup.
  3. Zikir sebelum tidur membawa ketenangan, menjadi sebab ampunan dosa, bahkan jika wafat di malam itu maka wafat dalam keadaan fitrah.
  4. Setiap kalimat zikir bernilai pahala besar. Minimal 10 hingga 30 kebaikan dicatat dan dosa-dosa dihapus.
  5. Surah-surah tertentu memiliki keutamaan khusus:
    • Surah Al-Mulk: pelindung dari siksa kubur.
    • Surah Al-Ikhlas: setara sepertiga Al-Qur’an.
    • Surah Al-Kafirun: setara seperempat Al-Qur’an.
    • Ayat Kursi setelah shalat: pengantar menuju surga.
  6. Zikir adalah amal ringan tapi bernilai surga. Seorang hamba yang membaca zikir ikhlas karena Allah akan dimudahkan jalannya menuju surga.
  7. Zikir adalah amalan fleksibel, bisa dilakukan kapan saja: saat shalat, setelah shalat, ketika berjalan, di majelis, bahkan saat hendak tidur.
  8. Zikir mendekatkan seorang Muslim kepada Allah dan menjadi bukti rasa syukur atas nikmat-Nya.

Demikianlah beberapa amalan dzikir sesuai Sunnah Nabi, yang ringan tapi memiliki pahala yang berlimpah bagi siapa saja yang mengerjakannya.

Semoga kita semua dikaruniai kekuatan dan kemauan untuk mengamalkannya secara konsisten.

Sumber: https://islamqa.info/ar/answers/553742/

Disiapkan oleh: Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *