Bolehkah Berkomitmen Pribadi Secara Harian untuk Wirid Shalawat Tertentu?

  • admin
  • Aug 11, 2025
Shalawat Harian

Amalan Ringan yang Pahalanya Luar Biasa

Membaca shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad ﷺ memiliki keutamaan yang sangat besar. Banyak di antara kita yang ingin mendapatkan pahala besar, namun sering merasa sulit untuk mengamalkan ibadah-ibadah berat. Padahal, ada satu amalan ringan yang bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, tanpa membutuhkan tenaga besar, tetapi pahalanya sangat luar biasa: shalawat kepada Nabi Muhammad .

Shalawat bukan hanya sekadar bacaan, tetapi doa agung yang mengandung pujian dan penghormatan kepada Rasulullah ﷺ, sekaligus permohonan kepada Allah agar melimpahkan rahmat dan keberkahan kepada beliau. Menariknya, shalawat ini diperintahkan langsung oleh Allah dalam Al-Qur’an, dan diperbanyak oleh para malaikat.

Selain itu, ada satu amalan lain yang menjadi rahasia istiqamah para hamba saleh: wirid harian. Yakni, dzikir-dzikir pilihan yang dibaca secara rutin setiap hari. Amalan ini akan membuat hati senantiasa hidup, pikiran jernih, dan iman tetap terjaga.

Artikel ini akan membahas secara lengkap:

  • Dalil dan keutamaan shalawat Nabi.
  • Keistimewaan shalawat di hari Jumat.
  • Mengapa wirid harian penting bagi setiap Muslim.
  • Panduan menetapkan wirid harian sesuai tuntunan Nabi ﷺ.
  • Tips praktis agar wirid dan shalawat istiqamah tanpa terjebak bid’ah.

 

Perintah Allah untuk Bershalawat

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Ayat ini adalah perintah langsung dari Allah. Bahkan, sebelum kita melakukannya, Allah dan para malaikat sudah lebih dulu bershalawat kepada Nabi ﷺ. Ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan shalawat.

 

Keutamaan Shalawat Menurut Hadits

Rasulullah ﷺ bersabda:

من صلَّى عليَّ واحدةً؛ صلَّى الله عليه عشرًا

“Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408)

Satu kali shalawat = sepuluh rahmat dari Allah.
Bayangkan jika kita membaca 100 shalawat sehari, berarti ada 1000 rahmat yang Allah limpahkan kepada kita. Rahmat Allah mencakup kebaikan dunia dan akhirat: ketenangan hati, rezeki yang berkah, diampuni dosa, hingga keselamatan di hari kiamat.

 

Shalawat di Hari Jumat: Keistimewaan Ganda

Hari Jumat adalah hari raya mingguan bagi kaum Muslimin. Di hari ini, pahala amal dilipatgandakan. Rasulullah ﷺ bersabda:

إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة، فأكثروا علي من الصلاة فيه، فإن صلاتكم معروضة عليَّ

“Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat; maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena shalawat kalian akan diperlihatkan kepadaku.” (HR. Abu Dawud, no. 1047 – Shahih menurut Al-Albani)

Shalawat yang dibaca di hari Jumat akan langsung disampaikan kepada Rasulullah ﷺ. Artinya, setiap shalawat kita tidak hanya berpahala besar, tetapi juga menjadi bukti cinta kita kepada beliau.

 

Wirid Harian: Rahasia Konsistensi Iman

Salah satu amalan terbaik seorang Muslim adalah menetapkan wirid harian atau bacaan dzikir rutin yang diambil dari dzikir-dzikir yang sahih sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah.

Dzikir kepada Allah dan bershalawat kepada Rasulullah ﷺ termasuk ibadah lisan yang paling dicintai Allah dan memiliki pahala besar. Banyak sekali dalil dari Al-Qur’an dan Hadits yang memerintahkan dan menganjurkannya. Karena itu, menjaga dzikir harian adalah kebiasaan para hamba Allah yang saleh.

Banyak orang merasa sulit untuk menjaga ibadahnya tetap konsisten. Di sinilah wirid harian berperan. Wirid harian adalah kumpulan bacaan dzikir, doa, atau ayat Al-Qur’an yang diamalkan secara teratur setiap hari.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

وأما محافظة الإنسان على أورادٍ له، من الصلاة، أو القراءة، أو الذكر، أو الدعاء، طرفي النهار، وزلفا من الليل، وغير ذلك: فهذا سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم، والصالحين من عباد الله، قديمًا وحديثًا

“Menjaga wirid harian, baik berupa shalat, bacaan Al-Qur’an, dzikir, atau doa di waktu pagi, sore, dan malam, adalah sunnah Rasulullah dan kebiasaan para hamba Allah yang saleh sejak dahulu hingga sekarang.” (Majmu‘ Al-Fatawa, 22/521)

Dengan wirid, hati kita akan selalu terhubung dengan Allah. Wirid juga membantu kita tetap fokus dalam ibadah meski sedang sibuk dengan urusan dunia.

 

Panduan Menetapkan Wirid Harian Sesuai Sunnah

Agar wirid kita benar di sisi Allah dan tidak jatuh pada bid’ah, ada tiga prinsip utama yang harus diperhatikan:

  1. Gunakan Lafaz Dzikir dari Dalil Sahih

Wirid terbaik adalah yang diambil langsung dari Al-Qur’an atau hadits sahih.
Contoh: doa sebelum tidur yang diajarkan Nabi ﷺ kepada Al-Bara’ bin ‘Azib Radhiyallahu ‘anhu:

اللَّهُمَّ أسْلَمْتُ وجْهِي إلَيْكَ، وفَوَّضْتُ أمْرِي إلَيْكَ، وأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إلَيْكَ، رَغْبَةً ورَهْبَةً إلَيْكَ، لا مَلْجَأَ ولَا مَنْجَا مِنْكَ إلَّا إلَيْكَ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بكِتَابِكَ الذي أنْزَلْتَ، وبِنَبِيِّكَ الذي أرْسَلْتَ

“Ya Allah, aku pasrahkan diriku kepada-Mu, aku serahkan semua urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan keselamatan dari-Mu kecuali kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada Kitab-Mu yang Engkau turunkan dan Nabi-Mu yang Engkau utus.” (HR. Bukhari, no. 247)

  1. Patuhi Ketentuan Waktu dan Jumlah dari Syariat

Jika dzikir memiliki waktu dan jumlah tertentu yang ditetapkan syariat — seperti dzikir setelah shalat atau doa pagi dan sore — maka amalkan sesuai ketentuannya.
Namun, jika dzikirnya bersifat umum, seperti membaca shalawat, tasbih, tahmid, tahlil, atau istighfar, maka boleh diamalkan kapan saja dan dengan jumlah berapa pun sesuai kemampuan.

  1. Tidak Menetapkan Keutamaan Khusus Tanpa Dalil

Menentukan waktu atau jumlah tertentu untuk dzikir yang sifatnya umum boleh dilakukan untuk memudahkan diri, asalkan tidak diyakini bahwa waktu atau jumlah tersebut memiliki keutamaan khusus yang ditetapkan agama. Karena, menjadi sebuah bid’ah yang tercela ketika kita meyakini bahwa “waktu ini” atau “jumlah sekian” dalam dzikir sebagai sesuatu yang dianjurkan, atau punya keutamaan tertentu (meskipun itu diajarkan oleh ustadz, kyai, habib, atau siapapun), atau bahkan meyakini bahwa cara seperti itu lebih baik dan Istimewa dibandingkan dengan apa yang disunnahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jika penentuan itu semata-mata untuk mengatur waktu dan menjaga konsistensi, maka hukumnya boleh. Bahkan, sebaiknya sesekali mengubah waktu atau jumlahnya agar tidak menyerupai bentuk ibadah yang ditetapkan syariat.

Jadi, hindari keyakinan keutamaan khusus tanpa dalil yang shahih dan bisa dipertanggungjawabkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Boleh Menggabungkan Beberapa Shalawat yang Sahih

Jika Anda ingin membaca beberapa versi shalawat yang semuanya bersumber dari hadits sahih, maka hal itu dianjurkan. Bahkan, berganti-ganti bacaan shalawat bisa menambah kekhusyukan dan meneladani variasi yang diajarkan Nabi ﷺ.

 

Tips Praktis Agar Wirid Istiqamah

  • Pilih waktu yang nyaman dan minim gangguan.
  • Variasikan bacaan shalawat dari hadits sahih untuk menghidupkan sunnah.
  • Jangan paksakan jumlah yang memberatkan.
  • Sesekali ubah urutan atau waktunya agar tidak menjadi kebiasaan kaku.

 

Kesimpulan:

  • Memperbanyak shalawat adalah amalan mulia, terlebih di hari Jumat.
  • Berkomitmen pribadi untuk bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam jumlah tertentu setiap hari tidak mengapa, asal tidak diyakini ada keutamaannya secara khusus tentang itu.
  • Menggabungkan berbagai bacaan shalawat sahih adalah amalan yang dianjurkan, untuk menghidupkan Sunnah.
  • Jangan remehkan amalan ini, meskipun tampaknya ringan. Dan yang paling penting adalah berkomitmen untuk istiqamah melakukannya.

Semoga kita termasuk orang yang senantiasa mengingat Allah, mencintai Rasul-Nya, dan istiqamah di jalan sunnah.

Wallahu a‘lam.

 

Disiapkan oleh: Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin

Sumber: Hal Yusyra’u An Yaj’ala Li Nafsihi Wirdan Muhaddadan min al-Shalat ‘ala al-Nabi?

https://archive-1446.islamqa.info/ar/answers/569934/

 

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *