- 1. Pendahuluan:
- 2. Pandangan Orang Arab Jahiliyah terhadap Bulan Shafar
- 3. Menganggap Bulan Shafar sebagai Bulan Sial
- 4. Syariat Islam Membatalkan Keyakinan Jahiliyah tentang Shafar
- 5. Bid’ah dan Kepercayaan Salah di Bulan Shafar
- 6. Peristiwa Penting di Bulan Shafar pada Zaman Nabi ﷺ
- 7. Hadis Palsu tentang Bulan Shafar
- 8. Kesimpulan:
Pendahuluan:
Bulan Shafar adalah salah satu dari dua belas bulan dalam kalender hijriyah, yang datang setelah bulan Muharram. Sebagian ulama mengatakan bahwa nama Shafar berasal dari kata “إصفار مكة” yang berarti “kosongnya Kota Mekkah dari penduduknya” karena mereka biasanya bepergian pada bulan ini. Ada juga yang mengatakan bahwa bulan ini dinamakan Shafar karena pada masa jahiliyah orang-orang sering berperang pada bulan tersebut dan meninggalkan orang yang mereka jumpai tanpa harta benda (صِفْرًا من المتاع).
Artikel ini akan membahas bulan Shafar dari beberapa sudut pandang:
- Pandangan orang Arab jahiliyah tentang bulan Shafar.
- Penjelasan syariat Islam yang berbeda dengan keyakinan jahiliyah.
- Bid’ah dan kepercayaan salah terkait bulan Shafar di kalangan sebagian kaum Muslimin.
- Peristiwa penting dan peperangan yang terjadi di bulan Shafar pada masa Nabi ﷺ.
- Hadis-hadis palsu terkait bulan Shafar.
Pandangan Orang Arab Jahiliyah terhadap Bulan Shafar
Orang Arab di masa jahiliyah memiliki dua bentuk penyimpangan besar terkait bulan Shafar:
- Mengubah Urutan Bulan Haram (al-Nasi’):
Allah menetapkan dalam Al-Qur’an bahwa setahun terdiri dari 12 bulan, dan di antaranya ada empat bulan haram yang dimuliakan dan dilarang berperang di dalamnya, yaitu: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Allah berfirman:
إن عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهراً في كتاب الله يوم خلق السموات والأرض منها أربعة حرم ذلك الدين القيم فلا تظلموا فيهن أنفسكم
“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi; di antaranya ada empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu di bulan-bulan itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Namun, orang jahiliyah sering memanipulasi urutan bulan haram sesuai keinginan mereka. Misalnya, mereka mengganti bulan Muharram dengan Shafar. Mereka juga menganggap umrah di bulan-bulan haji sebagai dosa besar.
Ibn Abbas berkata:
كانوا يرون أن العمرة في أشهر الحج من أفجر الفجور في الأرض، ويجعلون المحرَّم صفراً، ويقولون: إذا برأ الدَّبر، وعفا الأثر، وانسلخ صفر: حلَّت العمرة لمن اعتمر
“Mereka menganggap umrah di bulan-bulan haji sebagai dosa besar, dan mereka mengganti Muharram menjadi Shafar. Mereka berkata: Jika punggung unta sudah sembuh, jejak kaki hilang, dan Shafar berlalu, maka umrah boleh dilakukan.” (HR. Bukhari & Muslim)
Ada tiga bentuk praktik an-nasī’ menurut para ulama:
- Menukar antara Muharram dan Shafar.
- Menambah Shafar ke dalam bulan haram sehingga menjadi “dua Shafar”.
- Mengganti waktu pelaksanaan haji dari bulan Dzulhijjah ke bulan lain.
Semua ini dihapuskan oleh Islam. Dalam khutbah Haji Wada’, Rasulullah ﷺ bersabda:
وإن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق السماوات والأرض، وإن عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهراً، منها أربعة حرم: ثلاث متواليات، ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان
“Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan haram: tiga berturut-turut, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta Rajab yang berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR. Bukhari & Muslim)
Menganggap Bulan Shafar sebagai Bulan Sial
Orang jahiliyah juga percaya bahwa bulan Shafar membawa kesialan. Nabi ﷺ membatalkan keyakinan ini dengan sabdanya:
لا عدوى ولا طيرة ولا هامَة ولا صَفَر وفر من المجذوم كما تفر من الأسد
“Tidak ada penularan penyakit yang berdiri sendiri, tidak ada kesialan karena burung, tidak ada hantu, dan tidak ada (kesialan) bulan Shafar. Dan jauhilah penderita kusta sebagaimana engkau lari dari singa.” (HR. Bukhari & Muslim)
Syaikh Ibn Utsaimin menjelaskan bahwa yang dimaksud Shafar di sini adalah bulan Shafar itu sendiri yang dijadikan bulan sial oleh orang jahiliyah. Padahal, waktu tidak memiliki kekuatan untuk mendatangkan keberuntungan atau kesialan — semuanya diatur oleh Allah. (Lih: Majmu’ Fatawa Ibn Utsaimin, 2/113-115)
Syariat Islam Membatalkan Keyakinan Jahiliyah tentang Shafar
Islam menegaskan bahwa bulan Shafar adalah salah satu bulan Allah yang sama dengan bulan lainnya. Tidak ada pengaruh mistis atau kekuatan gaib pada bulan ini. Keyakinan jahiliyah tentang kesialan Shafar adalah batil.
Bid’ah dan Kepercayaan Salah di Bulan Shafar
Sayangnya, hingga kini masih ada sebagian Muslim yang terpengaruh oleh warisan jahiliyah, seperti:
- Melaksanakan salat khusus di Rabu terakhir bulan Shafar dengan bacaan tertentu untuk menolak bala.
- Menulis ayat-ayat “salam” pada kertas lalu merendamnya dalam air untuk diminum demi menghindari kesialan.
Fatwa Ulama:
Lajnah Daimah menyatakan bahwa salat khusus di Rabu terakhir bulan Shafar adalah bid’ah yang tidak ada dalilnya dalam Al-Qur’an maupun Sunnah, serta tidak pernah diamalkan oleh para sahabat.
(Fatawa al-Lajnah al-Da’imah, 2/354)
Peristiwa Penting di Bulan Shafar pada Zaman Nabi ﷺ
Beberapa peristiwa besar di bulan Shafar:
- Perang Abwa’ (Waddan) – peperangan pertama yang dipimpin langsung oleh Nabi ﷺ.
- Peristiwa Ar-Raji’ – pengkhianatan terhadap utusan Nabi ﷺ oleh suku ‘Adhal dan Qarah.
- Tragedi Bi’r Ma’unah – gugurnya 70 sahabat penghafal Qur’an.
- Pembukaan Khaibar – sebagian ulama menyebutkan terjadi pada bulan Shafar.
- Ekspedisi ke Bani Khath’am – dipimpin oleh Qutbah bin ‘Amir.
- Kedatangan delegasi Bani ‘Udzrah untuk masuk Islam.
Hadis Palsu tentang Bulan Shafar
Banyak hadis palsu beredar terkait ramalan masa depan dengan mengaitkannya pada bulan tertentu, termasuk Shafar. Misalnya:
إذا انكسف القمر في المحرم: كان الغلاء والقتال وشغل السلطان، وإذا انكسف في صفر: كان كذا وكذا
“Jika terjadi gerhana bulan di bulan Muharram, akan terjadi kemahalan, peperangan dan penguasa tersibukkan. Dan jika gerhana bulan terjadi di bulan Shafar, maka akan terjadi begini dan begitu…”
Semua ini adalah kebohongan dan tidak bersumber dari Nabi ﷺ.
Kesimpulan:
Bulan Shafar adalah bulan biasa seperti bulan lainnya. Tidak ada kesialan atau keberuntungan yang melekat padanya. Semua kejadian baik dan buruk terjadi karena takdir Allah. Tugas seorang Muslim adalah menghapus keyakinan jahiliyah, meninggalkan bid’ah, dan mengisi setiap waktu dengan amal saleh.
Disiapkan oleh: Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin
Sumber: Nubdzah ‘an Syahr Shafar, https://islamqa.info/ar/articles/63/