Shalawat: Amalan Sederhana, Pahala Luar Biasa
Shalawat atas Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya ibadah lisan, tetapi juga jalan meraih kasih sayang Allah, keberkahan hidup, serta ketenangan hati. Banyak hadis menunjukkan bahwa memperbanyak shalawat menjadi sebab terkabulnya doa, diampuninya dosa, dan tercukupinya segala urusan dunia maupun akhirat.
Hadis Ubay bin Ka‘b tentang Shalawat
Ada riwayat yang menunjukkan bahwa memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ dapat mencukupi seorang hamba dari berbagai urusan dunia dan akhirat.
Imam Ahmad dalam Musnad-nya (35/166), at-Tirmidzi (2457), ‘Abd bin Humaid dalam al-Muntakhab min Musnadihi (1/181–182), Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (5/413), dan selain mereka meriwayatkan:
Dari Sufyān, dari ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqīl, dari ath-Thufail bin Ubayy bin Ka‘b, dari ayahnya, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ؛ اذْكُرُوا اللهَ اذْكُرُوا اللهَ، جَاءَتِ الرَّاجِفَةُ، تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ، جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ، جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ.
قَالَ أُبَيٌّ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ! إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ؛ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي؟
فَقَالَ: مَا شِئْتَ.
قَالَ: قُلْتُ: الرُّبُعَ؟
قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ.
قُلْتُ: النِّصْفَ؟
قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ.
قَالَ: قُلْتُ: فَالثُّلُثَيْنِ؟
قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ.
قُلْتُ: أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا، قَالَ: إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرَ لَكَ ذَنْبُكَ.
Artinya:
“Ketika telah berlalu dua pertiga malam, Rasulullah ﷺ bangkit lalu bersabda:
Wahai manusia, ingatlah Allah, ingatlah Allah! Telah datang guncangan pertama, disusul guncangan kedua. Telah datang kematian beserta segala yang dibawanya, telah datang kematian dengan segala isinya.
Ubay bin Ka‘b berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku banyak bershalawat kepadamu, maka berapa bagian dari doaku yang sebaiknya aku jadikan shalawat untukmu?
Rasulullah ﷺ menjawab: Terserah kepadamu.
Aku berkata: Seperempat?
Beliau menjawab: Terserah kepadamu, dan jika engkau menambahnya, itu lebih baik bagimu.
Aku berkata: Setengahnya?
Beliau menjawab: Terserah kepadamu, dan jika engkau menambahnya, itu lebih baik bagimu.
Aku berkata: Dua pertiga?
Beliau menjawab: Terserah kepadamu, dan jika engkau menambahnya, itu lebih baik bagimu.
Aku berkata: Kalau begitu, aku jadikan semua doaku untuk bershalawat kepadamu.
Beliau bersabda: Jika demikian, Allah akan mencukupi segala urusanmu dan mengampuni dosamu.”
At-Tirmidzi rahimahullah berkata: “Hadis ini hasan.”
Namun, hadis ini hanya diriwayatkan melalui jalur Sufyān dari ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqīl.
Dalam an-Nukat azh-Zharāf (1/20) disebutkan:
“Ad-Dāruquthni berkata dalam al-Afrād: hadis ini gharib dari jalur ath-Thufail, yang hanya diriwayatkan oleh Sufyān ats-Tsaurī.”
Adapun ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqīl, mayoritas ulama melemahkannya.
Imam adz-Dzahabi berkata dalam Mizān al-I‘tidāl (2/432):
“‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqīl bin Abi Thālib al-Hāsyimī: Yahya bin Ma‘in menilainya lemah. Ibnu al-Madīnī berkata: Imam Mālik tidak mencatat riwayat darinya. Abu Hātim dan lainnya berkata: lemah hadisnya. Ibnu Khuzaymah berkata: aku tidak menjadikan riwayatnya sebagai hujjah. At-Tirmidzi berkata: ia ṣadūq. Sebagian mengkritiknya karena hafalannya. Ibnu Hibban berkata: ia buruk hafalan, sering meriwayatkan hadis di luar jalurnya, sehingga harus dihindari riwayatnya. Namun al-Bukhārī menyebutkan bahwa Imam Ahmad, Ishaq, dan al-Humaidī tetap berhujjah dengan hadisnya. Sementara Yahya bin Sa‘īd tidak meriwayatkan darinya.”
Maka, bila sebuah riwayat hanya datang dari seorang perawi yang statusnya seperti ini, maka hadisnya dianggap lemah.
Riwayat-riwayat Pendukung Hadits Ini (Syawāhid)
Selain hadis Ubay bin Ka‘b, ada riwayat lain dari Abu Hurairah, Habban bin Munqidz, dan juga riwayat mursal yang menunjukkan makna serupa: shalawat Nabi menjadi sebab tercukupinya urusan dunia dan akhirat.
Meskipun sanad riwayat-riwayat tersebut ada kelemahan, para ulama menilai bahwa kelemahannya tidak terlalu berat, sehingga masih bisa dijadikan dasar dalam konteks keutamaan amal.
Syahid pertama:
Diriwayatkan Ibnu Abi ‘Āshim dalam ash-Shalāh ‘alan-Nabī (hlm. 46) dan al-Bazzār dalam al-Musnad (15/345), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang lelaki berkata kepada Nabi ﷺ:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْعَلُ شَطْرَ صَلاتِي دُعَاءً لَكَ؟ قال: ما شئت … قال: فأجعل صلاتي كلها دعاء لك، قَالَ: إِذَنْ يَكْفِيكَ اللَّهُ هَمَّ الدُّنْيَا والآخرة .
Artinya:
“Wahai Rasulullah, apakah aku jadikan separuh dari doaku sebagai shalawat kepadamu?”
Beliau menjawab: “Terserah kepadamu.”
Lelaki itu berkata: “Kalau begitu, aku jadikan seluruh doaku untuk bershalawat kepadamu.”
Beliau bersabda: “Jika demikian, Allah akan mencukupimu dari urusan dunia dan akhirat.”
Namun sanad hadis ini lemah karena ‘Umar bin Muhammad bin Shuhbān, yang banyak meriwayatkan hadis munkar.
Syahid kedua:
Diriwayatkan ath-Thabrānī dalam al-Mu‘jam al-Kabīr (4/35) dari Habban bin Munqidz. Riwayat ini juga lemah karena adanya Qurrāh bin ‘Abdirrahman dan Rushdīn bin Sa‘d yang keduanya dilemahkan ulama.
Syahid ketiga:
Diriwayatkan secara mursal oleh Ya‘qūb bin Zaid at-Taimī dalam al-Mushannaf Abdurrazzaq (2/215). Di situ Nabi ﷺ bersabda:
أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي فَقَالَ: لَا يُصَلِّي عَلَيْكَ عَبْدٌ صَلَاةً إِلَّا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا، قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَا أَجْعَلُ نِصْفَ دُعَائِي لَكَ؟ قَالَ: إِنْ شِئْتَ، قَالَ: أَلَا أَجْعَلُ كُلَّ دُعَائِي لَكَ؟ قَالَ: إِذًا يَكْفِيكَ اللَّهُ هَمَّ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ .
Artinya:
“Telah datang kepadaku (Malaikat) dari Tuhanku, lalu berkata: ‘Tidak ada seorang hamba yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.’
Lalu seorang sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku menjadikan separuh doaku sebagai shalawat kepadamu?’ Beliau menjawab: ‘Jika engkau mau. Sahabat itu berkata: Kalau begitu aku jadikan seluruh doaku shalawat kepadamu.’ Maka Nabi ﷺ bersabda: ‘Jika demikian, Allah akan mencukupimu dari segala urusan dunia dan akhirat.’”
Walaupun hadis ini memiliki kelemahan dalam sanadnya, namun karena kelemahannya tidak terlalu parah, dan didukung oleh beberapa jalur riwayat, maka ulama membolehkannya untuk diamalkan dalam fadhāil al-a‘māl (keutamaan amal).
Terlebih, banyak dalil sahih yang menegaskan bahwa memperbanyak shalawat atas Nabi ﷺ mendatangkan keutamaan besar, di antaranya sabda beliau ﷺ:
فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Barang siapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim no. 384)
Mengapa Shalawat Bisa Mencukupi Urusan Hidup?
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan makna hadis Ubay bin Ka‘b:
Ketika Ubay memiliki doa yang biasa ia panjatkan, ia bertanya kepada Nabi ﷺ apakah sebaiknya sebagian besar doanya ia jadikan shalawat? Nabi ﷺ menyuruhnya menambah, hingga akhirnya Ubay berkata: Aku jadikan semua doaku shalawat untukmu. Maka Nabi ﷺ bersabda: Jika demikian, Allah akan mencukupimu dari segala urusanmu dan mengampuni dosamu.
Maka, ketika seorang hamba memperbanyak shalawat, maka Allah akan membalasnya dengan rahmat yang berlipat ganda. Siapa yang dirahmati Allah, urusan hidupnya akan dipermudah, kesulitannya diangkat, dan dosanya diampuni.
Inilah rahasia besar shalawat: Allah cukupkan hamba-Nya dari segala kesulitan hidup, baik urusan dunia maupun akhirat. (Lih: Jalā’ al-Afhām, hlm. 76).
👉 Intinya: Hadis-hadis tentang memperbanyak shalawat, meski sebagian sanadnya lemah, tetap menunjukkan bahwa shalawat adalah sebab tercukupinya urusan dunia dan akhirat, serta diampuninya dosa.
Dua Catatan Penting Jika Ingin Memperbanyak Shalawat
Seorang muslim yang ingin memperbanyak shalawat untuk Nabi harus dan perlu memperhatikan dua hal penting:
Pertama:
Syariat Islam telah memberikan variasi dalam zikir dan doa. Hal ini agar hati seorang hamba merasakan beragam pengaruh terhadap imannya. Karena itu, seorang muslim tidak boleh meninggalkan sebagian doa dan hanya berpegang pada satu bentuk saja sepanjang hidupnya.
Contohnya, meskipun bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah amalan yang sangat mulia, seorang hamba tetap dianjurkan untuk menambahinya dengan doa yang menunjukkan rasa butuhnya kepada Allah, baik dengan lisan maupun hati. Hal ini akan menumbuhkan perasaan tawadhu’, ketergantungan, dan kerendahan diri di hadapan Allah Ta’ala.
Selain itu, hendaknya seorang muslim juga bertasbih dan bertahmid, serta berdoa dengan menyebut Nama dan Sifat-Nya yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan begitu, pengetahuan dan pengagungannya kepada Allah semakin kuat. Demikianlah yang dicontohkan oleh para sahabat dan tabi’in rahimahumullah.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:
“Para ulama sepakat bahwa disunnahkan memulai doa dengan memuji Allah Ta’ala dan menyanjung-Nya, kemudian membaca shalawat kepada Rasulullah ﷺ. Demikian pula menutup doa dengan keduanya. Banyak sekali atsar yang masyhur dalam bab ini.” (Al-Adzkar, hlm. 99).
Namun, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah menanggapi:
“Seakan yang dimaksud Imam Nawawi dengan atsar adalah riwayat dari para salaf. Adapun hadis marfu’ (sampai kepada Nabi ﷺ), jumlahnya sangat sedikit. Aku tidak mengetahui kecuali satu hadis yang shahih, yaitu hadis dari Fudhâlah bin ‘Ubaid.” (Natâij al-Afkâr, 4/49).
Hadis Fudhâlah bin ‘Ubaid diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad (39/363), Abu Dawud (1481), dan At-Tirmidzi (3477):
Rasulullah ﷺ pernah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya tanpa memuji Allah dan tanpa membaca shalawat kepada Nabi ﷺ. Maka beliau bersabda:
“Orang ini tergesa-gesa. Jika salah seorang di antara kalian berdoa, hendaklah ia memulai dengan memuji Rabb-nya dan menyanjung-Nya, kemudian membaca shalawat kepada Nabi ﷺ, lalu berdoa dengan apa yang ia kehendaki.”
At-Tirmidzi berkata: “Hadis ini hasan shahih.”
Kedua:
Adapun lafaz shalawat yang dikarang manusia dan banyak beredar di media sosial, jika seorang muslim ragu terhadap kebenarannya, sebaiknya ditinggalkan. Cukup baginya membaca shalawat yang diajarkan Nabi ﷺ, yang sudah terjamin keberkahannya dan aman dari penyimpangan.
Di antara lafaz shalawat yang shahih:
- Riwayat Bukhari (3370) dan Muslim (406) dari Ka‘b bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ mengajarkan:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَما صَلَّيْتَ عَلَى إِبْراهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْراهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَما بارَكْتَ عَلَى إِبْراهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْراهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan shalawat atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Dan limpahkanlah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan berkah atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
- Riwayat Bukhari (3369) dan Muslim (407) dari Abu Humaid As-Sa‘idi radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau limpahkan shalawat atas keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah atas Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau limpahkan berkah atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Tidak diragukan lagi, zikir dan doa termasuk ibadah terbaik. Sedangkan ibadah itu harus berdasarkan tuntunan (tauqîf) dan mengikuti (ittibâ‘), bukan hawa nafsu atau bid‘ah. Maka doa-doa Nabi ﷺ adalah doa terbaik, paling selamat, dan penuh manfaat. Adapun doa-doa karangan manusia, bisa jadi ada yang haram, makruh, atau bahkan mengandung kesyirikan yang tidak disadari kebanyakan orang.” (Majmû‘ al-Fatâwâ, 22/510).
Jika Anda tidak hafal doa-doa yang diajarkan Nabi ﷺ, maka ia boleh berdoa dengan doa lain yang sesuai kebutuhannya, yang ia pahami maknanya, dengan bahasa apapun, baik Arab maupun non-Arab.
Kesimpulan: Perbanyak Shalawat, Tapi…
Ada riwayat yang menunjukkan bahwa siapa yang mengganti doa dengan banyak membaca shalawat kepada Nabi ﷺ, maka Allah akan mencukupkan urusan dunia dan akhiratnya. Meski sebagian riwayatnya lemah, namun hadis-hadis shahih di Shahih Muslim menguatkan makna tersebut, misalnya sabda Nabi ﷺ:
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Jika kalian mendengar adzan, maka ikutilah apa yang dikatakan muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku. Karena siapa yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.”
Dengan sering bershalawat, Allah akan mengingat hamba-Nya dengan rahmat dan kasih sayang, serta mencukupkan kebutuhannya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata tentang keutamaan shalawat (Lih: Jala’ al-Afham hal. 522):
- Shalawat menjadi sebab Allah mencukupi hajat hamba.
- Shalawat menjadi sebab terkabulnya doa-doa.
👉 Intinya, seorang muslim hendaknya berpegang pada shalawat dan doa yang diajarkan Nabi ﷺ, karena di situlah terdapat keberkahan dan keselamatan. Adapun shalawat karangan manusia yang tidak jelas asal-usulnya, sebaiknya ditinggalkan.
Shalawat bukan hanya amalan sunnah, tapi juga kunci pembuka rezeki, penenang hati, dan penghapus dosa. Dengan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, kita sedang membuka pintu kecukupan dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
👉 Jadi, jangan remehkan ucapan singkat “Allahumma shalli ‘ala Muhammad”, karena di baliknya tersimpan rahasia besar ketenangan hidup dan keberkahan akhirat.
Sumber: https://islamqa.info/ar/answers/527692/
Disiapkan oleh: Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin